My beloved sister, Noe taken this picture, 2014 , 6 Januari :)
Di sebuah kompleks rumah, yang bernama kompleks Garuda, tinggal seorang gadis remaja bernama Ana, beserta kedua orang tuannya, adik perempuan dan seorang bibi. Ana merupakan gadis remaja yang sedang menempuh ilmu di sebuah sekolah kejuruan berbasis kesehatan. Ini merupakan cita-citanya untuk dapat segera bekerja dan menjadi seorang perawat khususnya. Saat ini ia masih kelas satu menginjak semester satu dan ceritanya semangatnya kita mulai saat ini.
Aku dan Teman-Temanku, 2012 I think :) |
Hari ini, Merupakan hari dimana semua anak-anak mendapatkan rapotan tengah semester satu, ini merupakan hal yang membahagiakan bagiku, karena sang ayah untuk yang pertama kalinya sejak smp ingin mewakilkanku untuk mengambil rapot. Suasana begitu membuat tegang disaat pembacaan peringkat 10 besar, tapi dalam hati bergumam tak adapun terbesikkan sebuah namaku. Entah apa yang ku rasakan saat itu, dan kekecewaan datang dari segala arah. Dalam hati mulai bertanya-tanya. “apa pengorbanan belajarku selama ini kurang?”, Ku lihat table perengkingan kelasku dan ternyata posisi 24 itu aku raih. “Tuhan? Sebodoh itukah aku?” itulah kata-kata yang aku tak sadar ucapkan. Lalu kuhampiri sang ayah yg sedang memegang selembar kertas putih penuh dengan angka. Ia terlihat biasa-biasa saja dalam menyikapinya, senyumnya masih ada untuk berkata “ Taka apa, masih bisa di perbaiki Semester depan”. Kalimat itu kan ku jadikan acuan untukku agar lebih bersemangat dalam belajar, dan meyakinkan agar untuk tidak lagi menyibukkan diri seperti lomba waktu lalu yg ku jalani, yang tidak membuahkan hasil.
Hari kedepannya, pelajaran dimulai
seperti biasanya. Dengan semangat bagai pacuan kuda ku belajar, agar nilai
kemarin dapat ku perbaiki sekarang. Bergaul dengan orang-orang yg menurutku
pintar, mungkin akan membuatku ikut pintar. Dan tak terasa, rapotan semester
satu telah tiba. Dengan berharap –harap cemas bahwa semoga saja ada peningkatan
dan tidak mengecewakan kedua orang tua lagi. Kali ini ayahku juga datang,
walalu cuaca sedikit tidak bersahabat. Peringkat 10 besar kembali informasikan,
dan lagi namaku belum beruntung untuk mendapatkan posisi tersebut, karena aku
hanya berhasil meraih peringkat 11 dengan 1 selisih nilai dengan peringkat 10.
Dari peringkat 24 dan sekarang 11 itu merupakan sebuah apresiasi bagiku. Kini
tinggal bagaimana caranya lagi meningkatkan dan lebih meningkatkan semangat ku
itu.
Meja belajar reyot itu dapet minta bekas kakak misan, but I loved so much waktu itu :) |
Beranjak ke semester dua, semangat
itu tetap ku pacu dan kutingkatkan. Belajar, belajar dan hanya belajar. Tugas,
tugas dan hanya tugas. Mungkin hanya itu yang kujalani saat ini. Sahabat smp
masa laluku, jarang untuk berkomunikasi dengnnya, bahkan untuk reunian dengan
teman smp saja, terkadang malas ku jalani. Karena waktu santai ku terasa sangat
nyaman kuluangkan di rumah bersama keluarga. Kurang lebih selama dua minggu
ulangan itu ada, kicauan hapalan materi ulangan selalu mengoyakkan bibirku
untuk tidak pernah berhenti menghapal. Beribu-ribu kata, rumus, harus ku
hapalkan demi nilai yg sempurna, sekali lagi nilai yang sempurna dan peringkat
yang membahagiakan orang tua. Selama masa belajarku kurasa tak pernah ku
keluarkan semangat belajar seperti ini. Sehingga tiba waktu puncak perapotan
tengah semester dua, walaupun rapot tidak diwakilkan dari orangtua tetapi tanpa
terbayangkan peringkat 4, peringkat 4 itu aku dapatkan. “Tuhan apakah ini mimpi?”
“ peringkat yang sangat-sangat spontan aku dapatkan, andaikan saat ini
perapotan dihadirkan orang tua wali, tak dapat dibayangkan bagaimana
bahagiannya ayahku. Setiba di rumah kegembiraan ini kubagikan untuk seluruh
keluargaku.
Sejarah itu telah kutempuh, dan
sekarang berfikir untuk bagaimana caranya mempertahankan dalam posisi 10 besar
tesebut. Semangat ini lagi ku pacu untuk menempuh semester 2 genap ini. Walau
sedikit dalam tahap kehabisan tenaga, tapi tetap kupancarkan senyuman dan
semangat.
Jeda Minum aqua dulu ya,botolnya aja Aqua tapi isinya air buat sendiri :D |
Hari ini kusambung ceritaku, cerita
tentang semangat perjuangan seorang gadis bertubuh mungil, ya itu aku. Tak
terasa kini aku telah berada di kelas 3, tak terasa semua rintangan dan
halangan telah ku lalui, berkat usaha, doa, dan perjuangan. Semester satu di kelas
tiga kemarin tentunya dengan perjuangan mati-matian seorang gadis mungil, aku
mendapatkan peringkat yang maksimal. Peringkat 3 umum, itu selalu terekam dalam
kamera otaku, memori yang takkan ku hapus, perjuanganku selalu ku ingat , Aku
percaya tak ada yang tak mungkin, semua itu hanya perlu kerja keras, usaha dan
berdoa. Ini semua untuk kalian Ayah, Ibu, Bibik, Adik tercinta dan kedua Kakek dan Nenekku, mereka orang-orang yang ingin kubahagiakan dengan pencapaianku.
Pencapaian peringkat tiga tentunya bukan hal yang mudah.
Saat itu seminggu
sebeelum aku harus bertempur dengan berbagai macam cercaan soal selama kurang
lebih dua minggu. Kumantapkan diri ini, dengan segala persiapan yang dapat
kuusahakan. Ku akui matematikan itu
susah, olehkarenanya, karena sifat susah yang dimilikinya, kupersiapkan otak
ini untuk mencatat memori tentangnya. Tanpa mengikuti bimbingan les matematika
sekalipun, ku yakin ku harus bisa lalui rintangan soalnya. Yah aku harus
belajar dengan cara menempel dengan teman yang mengikuti bimbingan les matematika itu,
tanpa lelah, tanpa henti, bermodalkan senyum dan harapan kemurahan hati mereka
untuk mengajariku tentang MATEMATIKA. Selama satu minggu tak kurasa kupersiapkan semua
untuk ulangan matematika yang terkenal mematikan itu. Seperti keyakinan yang telah
kutanamkan dalam diri.
“ Tak ada yang tak mungkin, semua itu hanya perlu kerja keras, usaha dan doa".
Ya, nilai 95 itu berhasil kuraih. Rasa senang menggumpal
dalam hati, MERDEKA... ya merdeka rasanya dapat mengalahlan semua persoalan hitungan itu.
Bukan hanya untuk matematika, semua mata pelajaran yang diulangankan kupersiapkan
dengan sebaik baiknya, bersahabat, berteman, makan , tidur, dll bersama dengan
setumpukan buku pelajaran, layaknya seperti seorang professor saja. Aku sangat
beruntung dalam keadaan seperti itu, ku tetap diberi kesehatan oleh-Nya.
“Terima kasih Tuhan”
Hari
ini, Rabu 13 januari 2016, aku sambung lagi perjuangan gadis mungil itu. Kini
gadis mungil sudah tamat dari SMK kesehatannya, dan kalian tahu selama itu
kisahnya akan tetap berlanjut. Pada saat menghadapi ujian gadis mungil ini
tentunya selalu mematangkan diri, pikiran, dan segala hal untuk bisa meraih
nilai yang terbaik di Ujian ini. Dan tentu saja, tanpa ia sadari, gadis mungil
ini meraih peringkat 1 untuk nilai UN di sekolahnya, Semua ini, perjuangan
selama ini, kesabararan, dan kerja kerasku terbayarkan sudah pada puncaknya.
Juara 1 dalam UN, tak pernah tergelesit dalam pikiran ini. Sungguh ini kado
yang terindah yang Tuhan berikan selama aku menempuh proses mencari ilmu ini.
"Tuhan, Terima kasih, Terima Kasih banyak untuk semuanya", kurasa hanya itu yang
bisa kukatakan. Dan kalian tahu juga, walau gadis kecil mungil ini mendapat
nilai UN pertama, tapi ia tak melanjutkan kuliah atau mengejar mimpinya untuk
menjadi perawat. Semua itu juga perlu modal, bukan hanya ilmu yah itu yang
kurasakan.
Tapi Tuhan memberiku jalan, aku diberikan kesempatan untuk kuliah
dengan cara aku harus bekerja terlebih dahulu. Gadis mungil ini, sekarang
tengah bekerja di sebuah rumah sakit umum di daerahnya, mungkin dari sana
kehidupan ekonomi dan pendidikannya akan berubah menjadi lebih baik, bisa
membuat kehidupan keluargaku menjadi lebih baik, harapanku setidaknya aku dan
adikku menjadi anak yang dapat memberikan mereka tempat tinggal yang memang
tempat tinggal milik kita, bukan menumpang lagi. Karena kalian tahu kan?,
keluarga aku sudah tinggal menumpang disebuat rumah kecil sedari aku berumur 2
tahun. Aku dan keluarga ku bersyukur kami dapat tempat tinggal dan lingkunga
yang baik disini. Tapi terdapat harapan juga agar kita bisa tinggal di tempat tinggal yang kita miliki sendiri. Akan aku usahakan itu. Restui aku Tuhan.
Thank you for reading🤗 |
~ J
Sekilas tentang cerita di atas.
Cerita ini aku buat saat tahun 2017 bulan 6 tanggal 18, itu tanggal terakhir yang ada di keterangan Microsoft Word ku, dan tentunya aku buat secara bertahap, du;u suatu hal memang di ukur dengan angka, peringkat, dan nilai. Itu dulu, sistem pendidikan yang aku rasakan, ada point plus dan minusnya. Atau mungkin masih sampai sekarang ya?. Aku tak tahu pasti, yang jelas bagi yang membaca sepenggal cerita pendek di atas, jika kalian adalah murid tetaplah belajar dengan baik, buat orang tua kalian bangga, karena bagi mereka kalian telah berbakti yang menjadi anak yang rajin belajar, selain itu temukan sebuah skill, keterampilan atau hobi yang positif yang membuat kalian nanti saat tamat, tak linglung mau kerja dan nyari uang dengan cara apa, setidaknya kita membantu juga mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia ya. Satu hal lagi, skill lainnya yang tak kalah penting kalian kuasai melebihi dari semua skill itu adalah Soft Skill. Dikutip dari Wikipedia
"Soft skill adalah kombinasi dari keterampilan orang, keterampilan sosial, keterampilan komunikasi, karakter atau sifat kepribadian, sikap, atribut karir, kecerdasan sosial dan kecerdasan emosional,.."
Jadi, sudah paham?. Hal-hal ini sangat penting kita miliki mengingat kita adalah makhluk sosial, percu kecerdasan sosial agar bisa menjalin hubungan dengan baik. Misalkan sesama kolega kerja, rekan kerja, dosen, teman, dan lain sebagainya. Contoh dasarnya, bisa mulai dari kita terbiasa mengucapkan "Terima kasih", "Maaf", dan "Tolong". Sebelum memulai percakapan suatu hal. Coba terapkan dan rasakan bagaimana dampaknya. :)
Bagi kalian, yang telah berperan sebagai orang tua, kalian bisa memahami apa yang menjadi bakat dari Anak kita. Lalu bagaimana cara menemukan bakat? Kalian bisa tanyakan apa kegemaran mereka, lalu salurkan dalam suatu wadah. Misalkan anak kalian, suka Olahraga Catur, dalam artian setiap di kompleks ada yang main catur, meski orang-orang dewasa, dia ikut nimbrug, nah bisa jadi kan bakatnya ada di catur. Lalu contoh lainnya, misalkan anak kalian suka corat coret buku, warnai tembok, ya salurkan siapa tahu dia suka seni lukis kan?. Let's see, Jika semua orang Tua sadar dan tergerak, seberapa banyak kita punya generasi bangsa yang kompeten dan ahli di bidangnya masing-masing. Bisa-bisa, akan banyak penemu yang muncul dari anak-anak kita kan. Indonesia yang maju 2045 pasti akan tercapai, karena apa, semua dimulai bagaimana bibit dan generasi yang tumbuh itu, tumbuh dengan sempurna (*mendekati sempurna)
Cerita sekilas di atas, semoga bermanfaat, dan wait and see for the next story. Happy Reading. Aku nulis ini dalam keadaan R51, yg paham pasti ngerti hihi :D.
Best Regards,
Devi Jayanti
Comments
Post a Comment