Skip to main content

Sepenggal Narasi: Bencana

Menjadi nikmat ketika ia belum datang, semua terasa sempurna, berpergian bersama, menikmati indahnya pantai di Pasir Kuta, meneguk es jeruk segar di teriknya panas mentari ketika sepulang kantor, menenggelamkan lelah dan penat dengan mengunjungi spa atau salon, menghidupkan kedekatan satu sama lain dengan menonton bioskop, bercengkrama ringan di warung makan pinggir jalan, atau sekedar jalan-jalan santai ke mall, ah semua indah tak terperi apalagi ditambah dengan manisnya seteguk cinta waktu itu. 
Semua berjalan berlalu, acapkali rutinitas membuat kita tak acuh akan diri sendiri. Semua seperti biasanya, meski dengan hati yang merana, tetap kulalui juga. Sesekali menggerutu, mengatakan semua membosankan, atau kurang ini itu. Ketika melihat yang lebih, hati bersuara lirih, “Aku juga ingin seperti itu”. Lalu, tanpa sadar aku telah terjatuh dalam sebuah ruang yang penuh dengan ilusi, menghantam semua rasa syukur di hati, menjadi sebuah ironi karena aku telah merasa insecure akan diri sendiri. 

Ini buruk, ketika sebuah hantaman datang, entah darimana datangnya suatu hal yang sangat retnik datang mencabik, bencana datang melanda dunia. Isak tangis dan ketakutan merebak disetiap jiwa. Membungkankam kenyamanan yang semula membuat terpana. Membungkamkan rasa tidak bersyukur di hati menjadi kebersyukuran. Membungkamkan gerutu menjadi antisipasi diri. Membungkamkan hati yang merana menjadi kepedulian hati akan sesama dan kesehatan diri. Merekatkan setiap jiwa-jiwa untuk lebih berempathy. Menyadarkan hati bahwa hidup, usia dan kesehatan tiada yang tahu. Jika tak kita jaga mulai dari diri sendiri. 

Saat bencana itu datang, mereka yang antisipasi segera menerapkan hidup sehat, berusaha membantengi diri agar imun tetap kuat. Bagi mereka yang berjuang untuk mereka yang terlanda, pasti ada rasa cemas akan kesehatan diri juga, namun kepedulian yang utama telah melekat dihati mereka, menjadikan mereka garda terdepan bagi kita. Dalam bencana, bagi yang ingin menilik dari rasa kebersyukuran jiwa berusaha untuk satu dua hal untuk disyukuri, mulai dari munculnya wadah bisnis baru yang tak terkira sebelumnya, mulai dari rekatnya dengan keluarga satu sama lain, saling menguatkan untuk menghadapi bencana ini, mulai untuk mulai menekuni hobi lama, memasak untuk diri sendiri agar lebih sehat, atau mulai belajar untuk berbagi satu sama lain, dan terlebih merasa bersyukur karena masih bisa bernafas dengan baik sampai saat ini.

Jadi, hidup yang berjalan ini, semoga lebih berarti, semesta lebih membaik lagi pada kita, pun kita harus lebih baik pada semesta kita. Dimana lagi kita akan tinggal nyaman, selain disini, maka buatlah ia nyaman untuk kita tinggali lagi. Mulai dari polusi udara yang lebih bersih hingga nafas dapat menghirup dengan lebih baik tanpa menggerutu. Pantai yang lebih bersih, tanpa plastik yang tertimbun menghiasi. Hati yang lebih bersih tanpa hal yang menodai. Hal yang kita gerutukan, rutinitas yang kita sialkan, mungkin adalah hal yang kita rindukan saat ini. Jalani masa yang ada, dalam perjalanan jiwa yang membawa perubahan ke hal bahagia.

Comments

Popular posts from this blog

Scroll Hape Terus Bikin Jemari Kurus

 Oh God... Alat persegi panjang kecil yang lagi ada di genggaman ini jadi pengganti sementara manusia yang sibuk untuk bercengkrama.  Membuka story What's app  Instagram Facebook nyeloteh di Twitter buka shopee tapi kagak belanja mikirin ide jualan tapi gak jual-jualan juga   Ada pesanan cetak photo tapi tydakk ada semangat untuk mengerjakannya.  Setelah semua Apss terbuka, semua story reels IG online store dibuka sampai cek gmail pun meski gak ada email penting yang masuk kek orang penting, akhirnya ibu jari bawa gue ke blog. Nuliss.... Suami lagi kerja, work hard for our dream, dan yang utaman mencukupi kebutuhan gue.  Sedangkan aku feel loneless banget karena kebiasaan berbincang ngobrol sama orang rumah pas waktu single dirumah, dan hal itu gak bisa segampang itu gue lakuin disini. Agak introvert Lama-lama eke...  dan...  dari semua hal gue gak sangka waktu dailynya secepat itu, gue sering stuck pas sudah ketemu malam  yang artinya besok udah harus kerja lagi sampai sore (2p.m)

Pengalaman Menggunakan Wifi Gratis di 3 Fasilitas Publik

Tamnet Kampus Udayana Semakin meleknya masyarakat Indonesia akan pentinya teknologi dan internet demi kecepatan informasi dan komunikasi, membuat Pemerintah juga ikut turut serta mendukung dengan menyediakan Jaringan internet gratis di beberapa ruang publik yang ada di Indonesia, dan pada kesempatan kali ini saya akan membahas khusus ruang publik yang ada di Bali, khususnya yang pernah saya gunakan. Berikut ini tempat-tempatnya; Tempat pertama yaitu Twin Tower di Kota Negara Memilih untuk pergi ke tempat umum yang menyediakan fasilitas jaringan internet wifi gratis memang menjadi andalan saya ketika begitu banyaknya file dokument, video, ataupun update dari aplikasi yang perlu terdownload dan terinstal. Tentunya hal ini memerlukan kuota internet yang tidak sedikit, mengingat kuota internet dengan jumlah puluhan Giga byte cukup mahal bagi kantong saya. Sehingga karena hal ini tak bisa dipungkiri, saya rela untuk pergi ke daerahan Twin Tower di Kota Negara, Jembrana

I Hate Being Lonely

 Jika dilihat kilas balik hidup aku Rasanya penuh dengan perbulyan Atau mungkin perselisihan dengan teman Entah Kenapa . . . Dari sewaktu SD Lalu SMP kemudian SMA hanya sebatas memiliki teman bukan sahabat yang memang dekat sekali . . . dan mungkin di tempat kerja Aku tidak seperti mereka yang gampang berbaur. Entah kenapa aku berubah menjadi introvert kata mereka. . . . Aku lebih menyukai lebih sedikit tapi membawa makna dan arti